Minggu, 09 April 2017


PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA


PROSES DAN PERIODE

Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses:
Proses Biologis, Kogniti, dan Sosioemosional. Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetik memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa puber.
Periode Perkembangan. Untuk tujuan organisasi dan pemahaman, kita biasanya memprediksikan perkembangan berdasarkan periode-periode. Dalam sistem kalsifikasi yang paling banyak dipakai, periode perkembangan meliputi periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle dan lat childhood (periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja), early adulthood, middle adulthood, dan late adulthood.

PERKEMBANGAN KOGNITIF

Kita akan menguraikan perkembangan otak dan kemudian beralih membahas dua teori perkembangan kognitif utama, menurut teori Piaget dan Vygotsky.

Otak
Daerah dan Sel Otak. Jumlah dan ukurannya terus bertambah sampai usia remaja. Beberapa penambahan ukuran otak juga disebabkan oleh myelination, sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat. Ini dapat mempercepat kecepatan arus informasi si salam sistem saraf. Bagi pengajar, hal ini berimplikasi bahwa anak-anak di usia balita akan sulit memfokuskan perhatian dan mempertahankan perhatian dalam jangka waktu yang lama, tetapi perhatian mereka akan semakin kuat saat mereka memasuki usia sekolah dasar.

Teori Piaget
Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)


PERKEMBANGAN BAHASA

Bahasa adalah bentuk komunikasi, baik itu lisan maupun tulisan atau tanda, yang didasarkan pada sintem simbol. Semua bahasa manusia adalah generatif (diciptakan). Penciptaan tidak terbatas adalah kemampuan untuk memproduksi sejumlah kalimat tak terbatas yang bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan. Morfologi adalah aturan untuk mengombinasikan morfem, yang merupakan serangkaian suara yang bermakna yang merupakan kesatuan bahasa terkecil. Sintaksis. Cara kata harus dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. Semantik adalah makna dari kata atau kalimat. Pragmatis adalah penggunaan percakapan yang tepat.

Pengaruh Biologis dan Lingkungan

Anak bervariasi dalam penguasaan bahasa dengan cara yang tidak dapat dijelaskan melalui kerangka lingkungan saja. Namun, anak jelas tidak belajar bahasa secara terpisah dari lingkungan sosialnya. Lingkungan berperan juga dalam perkembangan bahasa, terutama dalam penguasaan kosakata.
Kunci utamanya adalah mendorong anak mengembangkan bahasa. Perkembangan bahasa bukan hanya soal memberi penghargaan ketika anak berbicara benar. Anak akan lebih cerdas berbahasa jika orangtua dan guru secara aktif melibatkan anak dalam suatu percakapan, memberikan mereka pentanyaan, dan menekankan bahasa interaktif ketimbang bahasa perintah.

Daftar Pustaka


Santrock, John W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Universitas of Texas  at Dallas. Kencana : Prenada Media Group.
07.25 No comments » by RismaDwynt
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pengertian Pendidikan Multikultural

Multikultural secara etimologi multi berarti banyak, beragam, dan aneka sedangkan cultural berasal dari kata Culture yang mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan dan pemeliharaan. Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi perspektif dari beragam kelompok kultural atas dasar basis regular.

Fokus Pendidikan Multikultural

Ada tiga kata kunci yang menandai adanya pendidikan multikultural yaitu;
-          pertama; proses pengembangan sikap dan tata laku,
-           kedua;menghargai perbedaan dan keragaman budaya,
-           Ketiga;penghargaan terhadap budaya lain.
Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial, agama dan kultural domain atau mainstream. Pendidikan Multikultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti (difference), atau “politics of recognition” politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.Pendidikan Multikultural melihat masyarakat secara lebih luas.

Ciri-ciri pendidikan Multikultural

-          Membentuk masyarakat yang berbudaya
-          Materi pengajarannya nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai kelompok etnis
-          Menghargai aspek-aspek perbedaan dan keragaman budaya bangsa dan kelompok etnis
-          Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap perilaku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya

Paradigma Pendidikan Multikultural

                Adapun bangunan paradigma pendidikan multikultural yang ditawarkan Zamroni ( 2011 ) adalah sebagai berikut :
-          Pendidikan multikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan  bagi seluruh warga masyarakat.
-          Pendidikan multikultural bukan sekedar perubahan kurikulum atau perubahan metode pembelajaran.
-          Pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran yang memberikan arah kemana transformasi praktik pendidikan harus menuju.
-          Pengalaman menunjukan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah yang justru menciptakan ketimpangan semakin membesar.

Pendekatan pendidikan multikultural

                Ada dua macam pendekatan pendidikan multikultural, yaitu:
-          Pendekatan Kajian Kelompok Tunggal (Single group Single)
-          Pendekatan Perspektif Ganda (Multiple Perspectives Approach)
                Menurut Hermandez (dalam Conny S., 2004) paling tidak ada 4 (empat) pendekatan yang dapat dilakukan untuk menerapkan pendidikan multikultural, yaitu:
-          Pendektan Kontribusi
-          Pendekatan Tambahan
-          Pendekatan Transformasi
-          Pendekatan Aksi Sosial

WACANA : Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Praksis Pendidikan di Indonesia
Oleh : Teguh Wiyono, S.E., MM

                Pendidikan multikultural merupakan suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara holistik memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan-kelemahan, kegagalan-kegagalan dan diskrimainasi di dunia pendidikan.
                Pendidikan multikultural sebagai instrumen rekayasa sosial mendorong sekolah supaya dapat berperan dalam menanamkan kesadaran dalam masyarakat multikultur dan mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleran utuk mewujudkan kebutuhan serta kemampuan bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada.
                Praktek pendidikan multikultural di Indonesia dapat dilaksanakan secara fleksibel, tidak harus dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah atau monolitik. Pelaksanaan pendidikan multikultural didasarkan atas lima dimensi: (1) integrasi konten, (2) proses penyusunan pengetahuan, (3) mengurangi prasangka, (4) pedagogi setara, serta (5) budaya sekolah dan struktur sekolah yang memberdayakan.

Prinsip Pendidikan Multikultural

-          Prinsip pertama: pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan menjamin keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar belakang yang ada.
-          Prinsip kedua : pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: pembelajaran (kelas)  dan kelembagaan (sekolah) dan antara keduaanya tidak bisa dipisahkan, tetapi justru harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif
-          Prinsip ketiga : pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang komprehensif dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas sistem kekuasaan dan privileges untuk dapat dilakukan reformasi komprehensif dalam pendidikan.
-          Prinsip keempat : berdasarkan analisis kritis ini, maka tujuan pendidikan multikultural adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
-          Prinsip kelima : pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa, tanpa memandang latar belakangnya.

Konsep Pendidikan Multikultural

                Konsep multikulturalisme menekankan pentingnya memandang dunia dari bingkai referensi budaya yang berbeda, dan mengenali serta manghargai kekayaan ragam budaya di dalam Negara dan di dalam komunitas global. Multikulturakisme menegaskan perlunya menciptakan sekolah di mana berbagai perbedaan yang berkaitan dengan ras, etnis, gender, orientasi seksual, keterbatasan, dan kelas sosial diakui dan seluruh siswa dipandang sebagai sumber yang berharga untuk memperkaya proses belajar mengajar.

Faktor-Faktor Dalam Pembelajaran

-          Faktor pertama : guru, ketika guru memasuki suatu kelas, sudah memiliki bawaan sendiri-sendiri, ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat sangat pribadi.
-          Kedua:  siswa, demikian pula siswa juga memiliki bawaan sendiri-sendiri, ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat sangat pribadi.
-          Ketiga:  kurikulum, bisa dipersepsi dan memiliki dampak berbeda untuk setiap individu siswa.
-          Keempat :  pedagogy, di tangan guru berbeda bisa memiliki makna dan dampak yang berbeda pula. Keempat faktor tersebut harus diramu oleh seorang guru dalam suatu proses.

Urgensi Pendidikan Multikultural di Indonesia

                Sebagai bangsa dengan beragam kultur memiliki resistensi yang tinggi terhadap muncunya konflik sebagai konsekuensi dinamika kohesivitas sosial masyarakat. Akar munculnya konflik dalam masyarakat multikultur disebabkan oleh :
-          Adanya perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi ( acces to economic resources and to means of production)
-          perluasan batas-batas sosial budaya ( social and cultural borderline expansion )
-          dan benturan kepentingan politik, idiologi, dan agama ( conflict of political, ideology, and religious interest )

Praktek Pendidikan Multikultural di Indonesia

                Sampai saat ini pendidikan multicultural memang masih sebatas wacana. Praktek pendidikan multikultural di Indonesia nampaknya tidak dapat dilaksanakan seratus persen ideal seperti di Amerika Serikat, walaupun ditinjau dari keragaman budaya memang banyak kemiripan. Hal itu disebabkan oleh perjalanan panjang histori penyelenggaraan pendidikan yang banyak dilatarbelakangi oleh primordialisme. Misalnya pendirian lembaga pendidikan berdasar latar belakang agama, daerah, perorangan maupun kelompok.

Daftar Pustaka

 JURNAL: PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam ,
Rustam Ibrahim Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013

06.10 No comments » by RismaDwynt
Observasi Pendidikan di TK GETSEMANE
Topik : Manajemen Kelas
Judul : Proses interaksi antara guru dan murid didalam kelas di TK GETSEMANE
Tujuan Observasi :      1. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
                                    2. Mengetahui bagaimana proses manajemen kelas.
                                    3. Melihat interaksi antara guru dan murid
                                    4. Untuk mengetahui praktik pendidikan prasekolah di Indonesia.
Disusun oleh :  Peby Octora (16-085)
                        Reflita Dewi Daulay (16-110)
                        Risma Dwiyanti (16-113)
                        Adi Ignatius (16-119)
                        Wahyu Kurnia (16-124)
                        Tribelawaty (16-140)





BAB 1 : PERENCANAAN
1.1  PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak manusia masih berada dalam kandungan. Pastinya, proses pendidikan akan dan harus dialami dan dijalani oleh setiap manusia di setiap waktu. Masa usia dini (2-5 tahun) adalah salah satu fase pendidikan yang dijalani oleh manusia. Masa ini merupakan masa pendidikan yang lebih terfokus pada psikomotor anak serta penanaman akhlaq dan sikap hidup anak didik. Psikologi pendidikan sebagai salah satu cabang ilmu psikologi, memberikan kontribusi penting pada proses pendidikan anak usia dini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian. Dalam postingan ini akan dipaparkan bagaimana proses pendidikan pada anak usia dini melalui hasil observasi yang telah kami lakukan di TK Getsemane. Kami melakukan penelitian psikologi pendidikan dengan melihat proses pendidikan melalui topik "Manajemen Kelas".

1.2  LANDASAN TEORI
a.      Sejarah dan Tokoh
Piaget mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.

b.      Anak Prasekolah
Pengertian anak prasekolah menurut Biechler dan Snowman (1993) adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Pada masa ini, anak biasanya mengikuti program pendidikan pra sekolah seperti PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini ) ataupun TK (Taman Kanak-Kanak). Teori-teori tentang perkembangan anak prasekolah dapat dibagi menjadi :
1.      Perkembangan Kognitif (Piaget)
Tahap Pra-Operasional (usia antara 2-7 tahun) : Belum memiliki kemampuan untuk mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan masih bersifat egosentris.
2.      Perkembangan Psikososial anak (Erikson)
Tahap Inisiatif (usia antara 4-6 tahun) atau Prasekolah : Anak mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya. Sedang pada saat usia 3-5 tahun, Erikson berpendapat bahwa anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah. Perkembangan rasa ingin tahu dan daya imaginasinya sangat besar.

c.       Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan pra sekolah merupakan dasar bagi perkembangan dan pembentukan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta, dan penyesuaian dengan lingkungan social anak.
Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik dilingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Pendidikan pra sekolah antara lain meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat pada jalur sekolah, kelompok bermain, dan penitipan anak di luar jalur sekolah. Taman kanak-kanak diperuntukkan untuk usia 5 dan 6 tahun, sementara kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukkan anak paling sedikit berusia tiga tahun pendidikan.
            Karakteristik Anak Pra Sekolah :
a.      Perkembangan jasmani
Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola, seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Pada umumnya, gigi mencapai 20 buah.
b.      Perkembangan Kognitif
Perkembangan tahap ini meliputi kemampuan merancang, mengingat, dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi. Perkembangan kognitif anak prasekolah termasuk kedalam pertengahan tahapan Piaget yaitu tahapan praoperasional. Setelah masuk tahap praoperasional anak-anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya.
c.       Perkembangan Sosio-Emosional
Perkembangan social biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat. Perkembangan social diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.

d.      Praktik pendidikan Prasekolah di Indonesia
Praktik pendidikan prasekolah di Indonesia dewasa ini sudah mulai dianggap penting oleh masyarakat. Kebanyakan orangtua saat ini, khususnya orangtua yang berkarir, memasukkan anak mereka untuk mengikuti proses pembelajaran di PAUD maupun TK sembarang mengisi kegiatan si anak. Proses pendidikan sendiri mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu secara khusus dan perkembangan bahasa serta kemampuan kognitif secara umum. Pendidikan hendaknya diberikan sejak dini agar upaya dan keterampilan dapat berkembang secara optimal. Pada saat ini praktik pendidikan prasekolah telah banyak didirikan oleh berbagai lembaga di Indonesia dengan menggunakan standar nasional maupun Internasional. Disamping itu, banyak juga lembaga pendidikan prasekolah di Indonesia yang mengadopsi kurikulum Negara luar, kurikulum tersebut mengacu pada model pembelajaran seperti pembelajaran aktif, pembelajaran proyek, pembelajaran berbasis masyarakat dan keterampilan hidup.

1.3  ALAT DAN BAHAN
·         Kamera
·         Pulpen
·         Notes
·         Permen

1.4  ANALISIS DATA
Data yang kami peroleh melalui kegiatan observasi langsung di TK GETSEMANE. Data tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana proses “Manajemen Kelas” di TK GETSEMANE.
1.5 SAMPEL PENELITIAN DAN LOKASI PENGAMBILAN DATA
Sampel : Siswa dan Guru di TK GETSEMANE
Tempat : TK GETSEMANE  Jl. Jamin Ginting KM.9, Sumatera Utara

1.6  JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No.
URAIAN
MARET
APRIL

Diskusi Pemilihan Judul

Pembuatan Surat Izin


Pemberian Surat Izin ke Sekolah

Observasi

Diskusi Kelompok dan Pembahasan untuk Posting Blog

Pembuatan Resume Hasil Observasi dan Pengolahan Data

Posting Blog


BAB 2 : PELAKSANAAN
2. 1 SISTEMATIS PELAKSANAAN OBSERVASI    
10 Maret 2017                  :  Diskusi Pemilihan Judul
20 Maret 2017                  :  Pembuatan Surat Izin
24 Maret 2017                  :  Pemberian Surat Izin ke Sekolah
25 Maret 2017                  :  Observasi
31 Maret 2017                  :  Diskusi Kelompok dan Pembahasan untuk Posting Blog
4 April 2017                      :  Pembuatan Resume Hasil Observasi dan Pengolahan Data
9 April 2017                      :  Posting Blog



BAB 3 : LAPORAN DAN EVALUASI DATA
3.1 LAPORAN
1. Jadwal kegiatan (Sabtu,25 Maret 2017)
08.30-09.00 : Ibadah
09.00-09.30 : Duduk di teras kelas dan menyanyi bersama
09.30-10.00 : Merayakan Ulang Tahun teman satu kelas (dikarenakan pada saat kami mendatangi sekolah tersebut, salah seorang dari murid sedang merayakan ulang tahun sehingga proses pembelajaran mereka ditiadakan)     
10.00-10.45 : Berdoa dan Makan bersama    
10.45-11.00 : Foto bersama
11.00 : Pulang
11.00-12.00 : melakukan wawancara bersama kepala sekolah (dikarenakan proses pembelajaran ditiadakan, maka kami memutuskan untuk melakukan wawancara )
2. Sistematika Observasi
·         Kelompok tiba di TK GETSEMANE pada pukul 08.30 WIB. Saat itu mereka sedang melakukan ibadah.
·         Pukul 09.00-09.30 WIB, anak-anak duduk diteras dan diarahkan oleh guru-guru yang membimbing mereka. Kemudian kelompok dipersilahkan untuk melakukan perkenalan.


·         Pukul 09.30-10.00 WIB, merayakan ulang tahun salah seorang murid dan menyanyi bersama.

·         Pukul 10.45-11.00 WIB, melakukan sesi foto bersama guru dan murid.


·         Pukul 11.00-12.00 WIB, kelompok melakukan sesi wawancara bersama kepala sekolah Ibu Rolina.

3.      Keadaan sekolah :
·         Terdiri dari 4 kelas.
·         Siswa dalam satu sekolah sebanyak 50 Siswa
·         Terdapat 7 pengajar
·         TK A berusia 5 tahun kebawah
·         TK B berusia 5 tahun keatas
·         Ruangan kelas kurang Playfull
·         Halaman sekolah banyak permainan
·         Tim pengajar sangat aktif dan rasa antusiasnya tinggi

4.      Proses Pembelajaran (hasil diperoleh melalui wawancara) :
                  Proses pembelajaran dimulai dengan membaca, menghapal, berbahasa inggris, mengenal angka. Namun, pembelajaran tersebut tidak terlalu dipaksakan dan hanya sekedarnya saja. Jika murid-murid sudah mampu maka tim pengajar akan mendiskusikan murid yang bersangkutan untuk langsung dimasukkan ke SD. Proses pembelajaran untuk hari sabtu cenderung kepada pembelajaran agama dan ibadah. Pada hari-hari tertentu guru akan memberikan PR sebagai bahan latihan dirumah. PR tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa dengan menggunakan kode-kode yang berbeda untuk setiap siswa, jika kodenya tidak sesuai maka guru akan mengetahui bahwa PR tidak dikerjakan oleh diri sendiri. Pada Tk A tidak ada pemaksaan dalam pembelajaran, namun untuk TK B memiliki kemampuan dasar untuk masuk SD sudah lebih dituntut. Terdapat beberapa anak dengan keterbelakangan mental, tetapi mereka berhasil belajar secara normal. Sebelum proses pembelajaran dimulai, antara guru dan orangtua akan membuat kesepakatan.
5.      Metode Pembelajaran (hasil diperoleh melalui wawancara) :
·         Metode belajar sudah direncanakan terlebih dahulu oleh tim pengajar.
·         Materi semester 1 cenderung menggunakan lagu-lagu
·         Materi semester 2 sudah langsung diajarkan kepada murid.
·         Dikte (namun beberapa murid belum lancar dan belum cepat tanggap jika guru mendikte )
·         Dilakukan secara step-by-step
·         Memperbanyak cerita-cerita , interaksi terhadap murid, dan motivasi.
·         Guru menggunakan system Reward berupa benda kepada murid yang aktif
·         Menggunakan tema-tema dalam pembelajaran
·         Pada hari tertentu pembelajaran dilakukan Outdoor
·         Terdapat Punishment jika melakukan kesalahan
·         Untuk hari Sabtu, pembelajaran lebih kepada menggambar, origami, dan plastisin.

6.      Perkembangan dan ciri-ciri pada anak di TK GETSEMANE :
Ciri Fisik : aktif, menyukai kegiatan yang dilakukan bersama, anak perempuan cenderung lebih berani berbicara di depan umum dibandingkan dengan anak laki-laki, ada yang sudah bisa berhitung dan membaca.
Ciri Sosial : anak-anak awalnya pendiam dan susah bersosialisasi, namun melalui pendekatan maka akan muncul sifat aslinya yaitu mudah berteman.
Ciri Emosional : termotivasi untuk tampil didepan dan menjadi pemberani ketika melihat temannya diberi Reward berupa sebuah permen
Ciri Kognitif : beberapa anak kuat dalam hal mengingat, anak usia 4 tahun lebih berani tampil didepan daripada anak-anak yang berusia 3 tahun.

Evaluasi
Kelompok berharap observasi ini dapat menjadi pembelajaran dan merupakan hal yang berguna untuk kedepannya. Menambah pemahaman dan wawasan terhadap pendidikan prasekolah. Praktik-praktik pendidikan prasekolah di Indonesia dapat berkembang lebih pesat lagi seiring perkembangan zaman. Selain itu, proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan memberikan konsep-konsep dasar tentang kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata. Dan semoga praktik-praktik pendidikan prasekolah saat ini dapat mengindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada guru dan menempatkan anak secara pasif.

Testimoni kelompok :
Reflita : observasi ini merupakan hal pertama yang saya lakukan selama saya menempuh pendidikan, ternyata hal ini menyenangkan.
Peby : observasi ini sangat menyenangkan dan teman-teman kelompok 9 bisa merealisasikan teori yang telah dipelajari dalam observasi terhadap pendidikan anak-anak TK.
Adi : senang bisa melakukan observasi ini, sehingga kita bisa langsung mengetahui bagaimana manajemen kelas pada pendidikan prasekolah.
Risma : gurunya yang humble membangun karakter percaya diri bagi anak-anak muridnya, jadi kami yang melakukan observasi merasa diterima dengan baik.
Wahyu Kurnia : tugas observasi ini merupakan suatu pebelajaran untuk menerapkan materi dan metode yang telah saya dapatkan sebelumnya.
Tribelawaty : baik guru dan siswa TK GETSEMANE memberikan respon yang baik terhadap observasi yang dilakukan.
Ucapan terima kasih :
Terima kasih kepada Ibu Roulina selaku kepala sekolah, tim pengajar, dan siswa-siswi TK GETSEMANE atas kesempatannya perihal observasi ini. Terima kasih kepada teman-teman kelompok atas kerjasamanya dan terima kasih Ibu Dosen pada mata kuliah Psikologi pendidikan, serta kepada semua yang telah membantu terlaksanakannya observasi ini.
Daftar Pustaka :
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Universitas of Texas  at Dallas. Kencana : Prenada Media Group.



05.25 No comments » by RismaDwynt

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Blogroll

Pages

About